GAH (Sepenggal Cinta Tertinggal) (review)
Reviu Buku Oleh : Endang Wahyu Widiasari
Guru Di SMPN 4 Cikalongwetan
Judul Buku : GAH (Sepenggal Cinta Tertinggal)
Penulis : Budhi Slamet
Penerbit : Mahira Grafika
Jumlah halaman : 224
Alasan Membaca Buku
Melihat cover dan Judul bukunya menarik membuat penasaran ingin membacanya, kemudian membaca cover halaman belakang, semakin penasaran untuk membacanya.
Ringkasan Isi Buku
Membaca halaman demi halaman buku ini membuat saya tenggelam di dalam alur ceritanya dan penasaran untuk membacanya sampai selesai, terkadang membuat saya ingin tertawa, takut dan juga sedih dengan kondisi yang dihadapi olah penulis buku tersebut. Gaya bahasanya yang runtut, ringan, renyah dan enak dibaca, kalau kata istilah sunda "ngaguluyur", membuat ingin terus membacanya sampai selesai, hingga tak terasa mamasuki halaman terakhir.
Buku ini merupakan lanjutan dari buku sebelumnya yang berjudul "FIDA", Kisah perjalanan hidup penulis ketika merantau di Pulau Seram bagian Timur. Ketika bekerja di salah satu perusahaan kayu sekitar tahun 1999 sampai 2004.
Hidup di tengah hutan jauh dari keluarga, kedua orang tua dan juga saudara tentunya bukanlah hal yang mudah, harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan lingkungan sosial tentunya dengan kebiasaan dan juga cara hidup yang berbeda.
Bagaimana sulitnya bertahan hidup ditengah hutan. Jauh dari istri dan anak tercinta, banyak godaan datang silih berganti, satu persatu bidadari cantik datang menggoda, menawarkan sejuta mimpi, namun rasa sayang dan kesetiaan terhadap anak dan istri menjadi benteng yang kuat untuk terhindar dari hal yang tidak diharapkan. Bukan hal yang mudah untuk menepis dan menahan semua rasa yang berkecambuk di dalam dada, apalagi berada di tengah hutan yang jauh dari keramaian.
Kesetiaan, cinta dan kerinduan pada keluarga, kedua orang tua dan juga saudara-saudara yang membuat penulis sanggup bertahan hidup di dalam hutan. Terkadang penuh mistis di luar nalar manusia, penuh keprihatinan, terisolir, ketakutan yang mengancan jiwa penulis, namun semua dapat dilalui dengan penuh ketegaran, benar-benar perjuangan yang luar biasa.
Untuk bisa bertahan hidup di hutan yang buas salah satunya harus bisa menitipkan diri pada lingkungan sosial yang berbeda dengan di kampung halaman, untuk itu kecerdasan sosial sangat diperlukan agar komunikasi bisa berjalan.
Doa dan cinta adalah kekuatan terbesar sehingga penulis bisa melewati masa-masa sulit ketika merantau di Pulau Seram, untuk mengais rejeki menunaikan tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Sungguh suatu perjuangan yang luar biasa. Sampai akhirnya penulis bisa kembali ke tanah Jawa.
Hikmah membaca buku
Ada hikmah besar yang saya dapatkan setelah membaca buku ini, terkadang saya banyak mengeluh karena merasa hidup ini sulit, banyak rintangan yang dihadapi. Tapi dalam buku ini saya temukan ternyata kesulitan yang dihadapi belumlah seberapa jika dibandingkan dengan kesulitan yang penulis alami. Untuk itu, sabar, tekun, dan komitmen yang tinggi sangat diperlukan untuk hidup yang lebih baik dan tak lupa berdoa mendekatkan diri pada Sang Pencipta alam semesta.
Yang pasti Jangan banyak mengeluh, tetapi tingkatkan terus kualitas diri untuk hidup yang lebih baik.
Terimakasih Pak Budhi bukunya penuh dengan inspirasi hidup untuk bertahan hidup. (ed.bgs)
Komentar
Posting Komentar